urepinion

Seperti biasa, mereka bertujuh akan selalu kumpul di rumah Ammar, yang dari dulu memang sudah di klaim sebagai basecamp. Walau awalnya Carel sempat menolak karena tak enak hati merepotkan tante Selin, Ibunda Ammar. Padahal sang pemilik rumah membuka pintu lebar untuk mereka datang.

Jiro datang sehari lebih awal, karena semalam sebelum perkumpulan besar terjadi, ia mau menangis kencang dipunggung belakang Ammar. Memang lebay, tapi nyatanya begitu. Kalau ditanya kenapa harus punggung belakang Ammar? Ammar sendiri tak pernah tahu kenapa. ”enak aja gitu, terus juga punggung lo jadi basah biar dikira orang lo pekerja keras yang rela banting tulang sampe keringetan, wkwk” asal Jiro.

Pagi menjelang siang, Natha, Rendra, Hegi, dan Ejen ikut hadir. Masing-masing datang dalam jangka waktu dekat. Bergantian mereka saling melepas rasa rindu yang kelu untuk diucap secara terang-terangan.

Hal kecil yang Ammar sempat siapkan sebelum adanya kehadiran mereka, ia kembali menaruh ice cream maker diruang dekat balkon, bertahun-tahun tak terpakai, untungnya mesin itu masih berfungsi secara maksimal. Tapi, soal meja kayu, tak ada harapan untuk di kembalikan.

Tok tok suara ketukan pintu dari luar kamar Ammar, para pendengar menoleh ke arah sumber suara serentak. (Ammar dan lima temannya sedang berada didalam kamar. Mereka memaksa untuk room tour terlebih dahulu dan membuat kacau kamar setelah kurang lebih 4 tahun tidak memasuki ruangan tersebut.

Knop pintu yang terbuka lebar menampilkan sosok laki-laki dengan celana jeans dan kaos jersey yang dibaluti jaket coklat susu terlihat jelas.

“CAREL!”

Sebelum yang lain berdiri menghampiri dirinya, Carel berinisiatif lebih dulu berlari menghampiri dan mendekap tubuh besar mereka dengan tangan terbentang lebar, tentu tidak semuanya masuk teraih oleh tangan pendek Carel, terutama Ammar, justru sang pemilik kamar sekaligus rumah berdiam tanpa kedip sembari memegangi barang-barang yang di titip asal oleh empat orang begitu saja.

Barang tersebut terdiri dari : 1. Dua buah stik ps yang sebelumnya di pegang Hegi dan Rendra untuk bermain Fifa world cup. 2. Iron Man mask yang tak henti di kagumi Natha. 3. Gitar listrik yang berkali-kali Ejen petik tapi suaranya dapat membuat mood rusak.

Hanya si bungsu yang tidak memberi beban tambahan, karena ia sibuk mendengarkan rekaman-rekaman unreleased song milik Ammar dengan Headphone wireless.

Dalam diam, Ammar menarik senyum lebar penuh makna. Jiro, Ammar ingin melihat kondisi Jiro sekarang, tapi wajah anak itu sudah tenggelam di tubuh para abangnya.

Meletakkan barang-barang di salah satu skat rak buku lalu melangkah bergabung merengkuh tubuh Carel.

Ammar, Rendra, Ejen, Hegi, Natha, Carel, dan Jiro. 5 tahun lalu berpisah secara mendadak, sibuk dengan kehidupan masing-masing. Fokus UNBK, menjadi MABA, menetap di negara orang, dan lain-lain menjadi semua alasan dari hilangnya kabar The Vigorous.

“Buset, jaket gua basah.” Ucap Carel mulai meregangkan dekapannya.

Semua melirik pada jaket Carel. “Jangan diketawain.” Jiro tiba-tiba berlari melempar diri keatas sofa dan menutup wajahnya dengan bantal, mampu mengundang gelak tawa meledek orang-orang.

———

“Di sana tuh susah banget cari makanan pedes yang mantep,” -Carel.

“Ada naspad enggak?” -Jiro.

“Boro-boro nasi padang, nasi goreng aja susah.” -Carel.

“Tapi keliatannya lo betah-betah aja di sana.” -Rendra.

“Kan cuman keliatannya, aslinya gue selalu ngerasa pengen cepet-cepet balik kesini. Udah ah, bosen bahas kehidupan gue di Aussie, ANJIR BANG! ITU ES KRIM APA MENARA EIFFEL?!” -Carel.

“Hehe” -Ejen

“BANG MELELEH TUH BANG!!” -Jiro.

“ITU DIKIT LAGI TUMPLEK!” -Natha.

“JILAT CEPETAN BEGO!” -Hegi.

Pluk [es krim cone hasil karya Ejen melepaskan diri dari tempatnya]

“REJEVAL NORENNNN”

Kehebohan 6 orang itu, menjadikan rumah Ammar terasa lebih hidup. Bisakah hal seperti ini akan bertahan tanpa harus menunggu bertahun-tahun lamanya lagi? Semoga.

©urepinion, 2022

Seperti biasa, mereka bertujuh akan selalu kumpul di rumah Ammar, yang dari dulu memang sudah di klaim sebagai basecamp. Walau awalnya Carel sempat menolak karena tak enak hati merepotkan tante Selin, Ibunda Ammar. Padahal sang pemilik rumah membuka pintu lebar untuk mereka datang.

Jiro datang sehari lebih awal, karena semalam sebelum perkumpulan besar terjadi, ia mau menangis kencang dipunggung belakang Ammar. Memang lebay, tapi nyatanya begitu. Kalau ditanya kenapa harus punggung belakang Ammar? Ammar sendiri tak pernah tahu kenapa. ”enak aja gitu, terus juga punggung lo jadi basah biar dikira orang lo pekerja keras yang rela banting tulang sampe keringetan, wkwk” asal Jiro.

Pagi menjelang siang, Natha, Rendra, Hegi, dan Ejen ikut hadir. Masing-masing datang dalam jangka waktu dekat. Bergantian mereka saling melepas rasa rindu yang kelu untuk diucap secara terang-terangan.

Hal kecil yang Ammar sempat siapkan sebelum adanya kehadiran mereka, ia kembali menaruh ice cream maker diruang dekat balkon, bertahun-tahun tak terpakai, untungnya mesin itu masih berfungsi secara maksimal. Tapi, soal meja kayu, tak ada harapan untuk di kembalikan.

Tok tok suara ketukan pintu dari luar kamar Ammar, para pendengar menoleh ke arah sumber suara serentak. (Ammar dan lima temannya sedang berada didalam kamar. Mereka memaksa untuk room tour terlebih dahulu dan membuat kacau kamar setelah kurang lebih 4 tahun tidak memasuki ruangan tersebut.

Knop pintu yang terbuka lebar menampilkan sosok laki-laki dengan celana jeans dan kaos jersey yang dibaluti jaket coklat susu terlihat jelas.

“CAREL!”

Sebelum yang lain berdiri menghampiri dirinya, Carel berinisiatif lebih dulu berlari menghampiri dan mendekap tubuh besar mereka dengan tangan terbentang lebar, tentu tidak semuanya masuk teraih oleh tangan pendek Carel, terutama Ammar, justru sang pemilik kamar sekaligus rumah berdiam tanpa kedip sembari memegangi barang-barang yang di titip asal oleh empat orang begitu saja.

Barang tersebut terdiri dari : 1. Dua buah stik ps yang sebelumnya di pegang Hegi dan Rendra untuk bermain Fifa world cup. 2. Iron Man mask yang tak henti di kagumi Natha. 3. Gitar listrik yang berkali-kali Ejen petik tapi suaranya dapat membuat mood rusak.

Hanya si bungsu yang tidak memberi beban tambahan, karena ia sibuk mendengarkan rekaman-rekaman unreleased song milik Ammar dengan Headphone wireless.

Dalam diam, Ammar menarik senyum lebar penuh makna. Jiro, Ammar ingin melihat kondisi Jiro sekarang, tapi wajah anak itu sudah tenggelam di tubuh para abangnya.

Meletakkan barang-barang di salah satu skat rak buku lalu melangkah bergabung merengkuh tubuh Carel.

Ammar, Rendra, Ejen, Hegi, Natha, Carel, dan Jiro. 5 tahun lalu berpisah secara mendadak, sibuk dengan kehidupan masing-masing. Fokus UNBK, menjadi MABA, menetap di negara orang, dan lain-lain menjadi semua alasan dari hilangnya kabar The Vigorous.

“Buset, jaket gua basah.” Ucap Carel mulai meregangkan dekapannya.

Semua melirik pada jaket Carel. “Jangan diketawain.” Jiro tiba-tiba berlari melempar diri keatas sofa dan menutup wajahnya dengan bantal, mampu mengundang gelak tawa meledek orang-orang.

———

“Di sana tuh susah banget cari makanan pedes yang mantep,” -Carel.

“Ada naspad enggak?” -Jiro.

“Boro-boro nasi padang, nasi goreng aja susah.” -Carel.

“Tapi keliatannya lo betah-betah aja di sana.” -Rendra.

“Kan cuman keliatannya, aslinya gue selalu ngerasa pengen cepet-cepet balik kesini. Udah ah, bosen bahas kehidupan gue di Aussie, ANJIR BANG! ITU ES KRIM APA MENARA EIFELL?!” -Carel.

“Hehe” -Ejen

“BANG MELELEH TUH BANG!!” -Jiro.

“ITU DIKIT LAGI TUMPLEK!” -Natha.

“JILAT CEPETAN BG” -Hegi.

Pluk [es krim cone hasil karya Ejen melepaskan diri dari tempatnya]

“REJEVAL NORENNNN”

Kehebohan 6 orang itu, menjadikan rumah Ammar terasa lebih hidup. Bisakah hal seperti ini akan bertahan tanpa harus menunggu bertahun-tahun lamanya lagi? Semoga.

©urepinion, 2022

Seperti biasa, mereka bertujuh akan selalu kumpul di rumah Ammar, yang dari dulu memang sudah di klaim sebagai basecamp. Walau awalnya Carel sempat menolak karena tak enak hati merepotkan tante Selin, Ibunda Ammar. Padahal sang pemilik rumah membuka pintu lebar untuk mereka datang.

Jiro datang sehari lebih awal, karena semalam sebelum perkumpulan besar terjadi, ia mau menangis kencang dipunggung belakang Ammar. Memang lebay, tapi nyatanya begitu. Kalau ditanya kenapa harus punggung belakang Ammar? Ammar sendiri tak pernah tahu kenapa. ”enak aja gitu, terus juga punggung lo jadi basah biar dikira orang lo pekerja keras yang rela banting tulang sampe keringetan, wkwk” asal Jiro.

Pagi menjelang siang, Natha, Rendra, Hegi, dan Ejen ikut hadir. Masing-masing datang dalam jangka waktu dekat. Bergantian mereka saling melepas rasa rindu yang kelu untuk diucap secara terang-terangan.

Hal kecil yang Ammar sempat siapkan sebelum adanya kehadiran mereka, ia kembali menaruh ice cream maker diruang dekat balkon, bertahun-tahun tak terpakai, untungnya mesin itu masih berfungsi secara maksimal. Tapi, soal meja kayu, tak ada harapan untuk di kembalikan.

Tok tok suara ketukan pintu dari luar kamar Ammar, para pendengar menoleh ke arah sumber suara serentak. (Ammar dan lima temannya sedang berada didalam kamar. Mereka memaksa untuk room tour terlebih dahulu dan membuat kacau kamar setelah kurang lebih 4 tahun tidak memasuki ruangan tersebut.

Knop pintu yang terbuka lebar menampilkan sosok laki-laki dengan celana jeans dan kaos jersey yang dibaluti jaket coklat susu terlihat jelas.

“CAREL!”

Sebelum yang lain berdiri menghampiri dirinya, Carel berinisiatif lebih dulu berlari menghampiri dan mendekap tubuh besar mereka dengan tangan terbentang lebar, tentu tidak semuanya masuk teraih oleh tangan pendek Carel, terutama Ammar, justru sang pemilik kamar sekaligus rumah berdiam tanpa kedip sembari memegangi barang-barang yang di titip asal oleh empat orang begitu saja.

Barang tersebut terdiri dari : 1. Dua buah stik ps yang sebelumnya di pegang Hegi dan Rendra untuk bermain Fifa world cup. 2. Iron Man mask yang tak henti di kagumi Natha. 3. Gitar listrik yang berkali-kali Ejen petik tapi suaranya dapat membuat mood rusak.

Hanya si bungsu yang tidak memberi beban tambahan, karena ia sibuk mendengarkan rekaman-rekaman unreleased song milik Ammar dengan Headphone wireless.

Dalam diam, Ammar menarik senyum lebar penuh makna. Jiro, Ammar ingin melihat kondisi Jiro sekarang, tapi wajah anak itu sudah tenggelam di tubuh para abangnya.

Meletakkan barang-barang di salah satu skat rak buku lalu melangkah bergabung merengkuh tubuh Carel.

Ammar, Rendra, Ejen, Hegi, Natha, Carel, dan Jiro. 5 tahun lalu berpisah secara mendadak, sibuk dengan kehidupan masing-masing. Fokus UNBK, menjadi MABA, menetap di negara orang, dan lain-lain menjadi semua alasan dari hilangnya kabar The Vigorous.

“Buset, jaket gua basah.” Ucap Carel mulai meregangkan dekapannya.

Semua melirik pada jaket Carel. “Jangan diketawain.” Jiro tiba-tiba berlari melempar diri keatas sofa dan menutup wajahnya dengan bantal, mampu mengundang gelak tawa meledek orang-orang.

———

“Di sana tuh susah banget cari makanan pedes yang mantep,” -Carel.

“Ada naspad enggak?” -Jiro.

“Boro-boro nasi padang, nasi goreng aja susah.” -Carel.

“Tapi keliatannya lo betah-betah aja di sana.” -Rendra.

“Kan cuman keliatannya, aslinya gue selalu ngerasa pengen cepet-cepet balik kesini. Udah ah, bosen bahas kehidupan gue di Aussie, ANJIR BANG! ITU ES KRIM APA MENARA EIFELL?!” -Carel.

“Hehe” -Ejen

“BANG MELELEH TUH BANG!!” -Jiro.

“ITU DIKIT LAGI TUMPLEK!” -Natha.

“JILAT CEPETAN BG” -Hegi.

Pluk [es krim cone hasil karya Ejen melepaskan diri dari tempatnya]

“REJEVAL NORENNNN”

Kehebohan 6 orang itu, menjadikan rumah Ammar terasa lebih hidup. Bisakah hal seperti ini akan bertahan tanpa harus menunggu bertahun-tahun lamanya lagi? Semoga.

**©urepinion, 2022

Suara motor yang baru saja dimatikan tersengar dari luar rumah, Ammar sudah menduga bahwa itu Jiro. Biasanya, ia tak perlu susah-susah turun kebawah untuk menyambut kehadirannya, tanpa disuruh pasti Jiro akan masuk setelah dibuka kan pintu oleh Mba Nita (ART), atau sesekali Mama.

Tapi, setelah setengah tahun lamanya tak mengunjungi rumah ini, Ammar berfirasat jika Jiro sudah tak terbiasa lagi dengan hal lama itu. Jadi, Ammar memutuskan untuk menghampirinya ke depan rumah.

“Jir, maksudnya, Ji,” panggil Ammar dengan suara sedikit pelan tapi dapat terdengar (karena takut mengganggu tetangga) dari depan pintu.

Sang pemilik nama berhenti memainkan kaca spion dan menoleh kearah Ammar. “Eh, bang,” ucapnya canggung sembari berjalan mendekati pintu utama.

“Haha, i know, lo udah lama nggak kesini, jadi ngerasa awkward. Wajar aja sih,”

“Aslian begitu, bang. Tadi gue mau mencet bel malu, takut bangunin yang udah tidur juga.”

“Wkwkwkwk, udahlah, yok masuk! banyak nyamuk diluar,”

Keduanya beranjak pergi ke kamar Ammar setelah mengunci pintu utama. Dari Jiro naik tangga hingga sampai kamar, ia melihat ada sedikit perubahan di rumah ini. Lebih tepatnya perubahan di ruang kecil dekat balkon, dulu disana hanya ada meja yang dialasi karpet lalu disebelahnya terdapat mesin pembuat es krim, Ammar membeli mesin itu secara mendadak, karena Ejen obsesi dengan es krim, sebenarnya bisa saja beli diwarung sebelah, tapi kadang Ejen malas dan malah menyuruh orang yang lebih muda darinya untuk turun keluar membeli es krim dengan alasan, “Yang muda harus nurut sama yang tua!”

Hegi yang tidak terima dengan pernyataan itu lantas membalas, “yang butuh siapa?” walau pada akhirnya ia juga yang ikut menghabiskan beberapa bungkus es krim.

Karena lelah dengan pertengkaran tidak berguna itu, Ammar memutuskan untuk order ice cream maker di e-commerce, dengan begitu, masalah selesai.

Lanjut membicarakan perubahan di ruang kecil dekat balkon. Sekarang, meja kayu pendek berbentuk persegi panjang sudah di ganti oleh meja makan marmer dan 4 kursi saling berhadapan yang sepertinya sudah set dengan meja. Mesin es krim juga tidak lagi berada disana.

Di kamar Ammar, mereka berdua masih belum memulai topik obrolan, pemilik kamar tak berhenti bergerak merapihkan area kamar yang sedikit kacau.

“Bang,” panggil Jiro memecah kesunyian. Ammar berhenti melakukkan aktivitasnya dan ikut duduk ditepi kasur berasama Jiro.

“Rumah ini udah banyak renovasi, ya?” Tanya Jiro.

Ammar diam sejenak, lalu menurunkan mundur tubuhnya menjadi posisi rebahan tapi kakinya tidak ikut naik keatas kasur.

“Enggak, Ji, kenapa? Gara-gara lo liat ruangan sebelah balkon berubah?”

Jiro mengangguk.

“Cuman disitu yang berubah, soalnya berapa bulan lalu, gue lupa kapan, mejanya udah mulai keropos. Gue juga nggak ada niatan ganti, tapi tiba-tiba Mama beli yang baru, katanya udah nggak layak dipake.”

“Terus, mesin es krim nya, kemana?”

“Gue masukin lagi ke kardusnya, terus disimpen Mama. Kalo gue biarin disitu lama-lama berdebu, Ji, nggak ada yang pake. Sodara-sodara gue jarang kerumah, orang-orang yang jadi alesan gue beli mesin itu juga udah gak pernah kerumah, haha.” Ammar sungguh tertawa, tapi bagi Jiro, tawanya terdengar pilu.

Laki-laki yang berusia 4 tahun lebih muda dari Ammar ikut merebahkan diri, “gue kangen kalian, Bang, terutama Carel, udah 5 tahun kita gak ketemu dia,”

“Jadi orang sibuk ngejar cita-cita itu nggak enak, ya, bang. Kita cuman bisa nikmatin manis pahitnya proses perjalanan menuju kata sukses, tapi nggak mampu ngerasain indahnya pertemanan sewaktu muda,”

“Emang cara sukses itu harus korbanin zona nyaman dan masa muda, bang?”

“Kalo mau berhasil pasti harus ada yang dikorbanin, Ji. Keluar dari zona nyaman itu perlu, tapi kalo lagi capek, istirahat sebentar, jangan jadiin proses itu racun. Kalo lagi renggang manfaatin waktu buat nyenengin diri sendiri, anggap aja itu gaji bulanan dari proses panjang yang belum kunjung tercapai.”

“Lo salah kalo bilang ‘nggak bisa rasain indahnya pertemanan’, karena temen juga bagian dari proses,”

“Tapi kenapa masa kuliah gue sepi, bang? Kalo temen bagian dari proses, kenapa kalian nggak pernah ada dari gue mulai masuk kuliah sampe tahun depan gue mau lulus pun kita udah nggak pernah bareng-bareng lagi.”

Ammar menghembuskan nafas kasar yang daritadi tercekat.

“Ji, lo kesini mau main, bukan mau curhat, udah kuy, main ps, gue beli kaset baru nih!”

Ammar tidak punya jawaban, ia buntu. Menggeruti pada diri sendiri setelah tahu bahwa selama ini Jiro butuh dirinya dan yang lain. Tapi apa? Mereka tidak pernah ada.

Maaf buat banyak kesalahan dari tanda baca ataupun kata-kata.

©urepinion,2022 [adulthazel]

Huuysys